Belajar dari Kerakyatan Brasil

Posted: 9 November 2010 in Economy & Marketing, Via! Via!
Tag:, , ,

Oleh FADEL MUHAMMAD

Dilma Rousseff dari Partai Pekerja (Partido Trabal-hadores) menjadi wanita presiden pertama Brasil setelah menang pada putaran kedua pemilihan umum. Pada 31 Oktober, Dilma mengalahkan Jose Serra dari Partai Sosial Demokrat Brasil. Dilma yang lahir pada tahun 1947 dan seorang ekonom ini mengalahkan Jose yang lahir tahun 1942 dan juga seorang ekonom lulusan Universitas Cornell dengan 56 persen lawan 44 persen.

Apa yang dapat kita pelajari dari pemilihan umum dan perubahan politik serta ekonomi Brasil yang kini merupakan kekuatan ekonomi baru di dunia di antara negara BRIC (Brasil, Rusia. India, dan China)?
Pada awal Oktober lalu, saya mengunjungi Brasil dan mempelajari pengelolaan konservasi Amazon dalam perjalanan menuju Peru untuk sebuah konferensi tentang kelautan. Di Amerika Latin ini, saya berdiskusi dengan para ekonom dan politisi tentang perkembangan ekonomi dan politik Amerika Latin, termasuk Brasil.

Kerakyatan

Perubahan besar yang terjadi di Brasil tidak lepas dari dua tokoh utama mereka Yang pertama adalah Fernando Henrique Cardoso (FHC) yang berasal dari Partai Sosial Demokrat Brasil (PSDB) dan Luiz Inaaio Lula da Silva (Lula) yang berasal dari Partido Trabalhadores (PT). Yang menarik adalah kedua partai itu beraliran kerakyatan. Dalam terminologi buku teks disebut sebagai partai kiri atau harian Kompas menyebutnya sebagai sosialisme baru. PSDB beraliran sosial demokrat yang dikenal sebagai partai kiri-tengah, sementara PT lebih kiri lagi meskipun bukan kiri ortodoks.

Angin globalisasi dan demokratisasi pada tahun 1980-an ikut menerpa Brasil. Sejak kejatuhan rezim diktator militer sayap kanan tahun 1985 (Larry Rohter, 2010), Brasil memasuki era demokrasi. Tahun-tahun awal Brasil penuh dengan kesulitan ekonomi, inflasi membubung tinggi Baru sejak kepemimpinan FHC dengan PSDB dan dilanjutkan oleh Lula dengan PT, situasi ekonomi politik menjadi stabil dan ekonomi tumbuh pesat dengan pendekatan baru yang dikenal sebagai ekonomi pasar sosial. Sebuah pendekatan kerakyatan, yang tidak membiarkan ekonomi pasar tanpa kontrol. Diperlukan peran dan intervensi negara yang memadai untuk membantu rakyat kecil yang lemah. Sebuah pendekatan prorakyat yang demokratis.
Pada zaman militer otoriter, FHC dan Lula berjuang bersama. FHC ke luar negeri, berada di pengasingan dan memperoleh gelar PhD. FHC sangat terkenal dengan tulisannya tentang teori ketergantungan yang mempergunakan perspektif kritis terhadap kapitalisme dalam melihat pembangunan di dunia ketiga. Sementara Lula berjuang di dalam negeri sebagai pemimpin buruh dan kemudian ditangkap oleh pemerintah militer.

Sejak era demokrasi dimulai, FHC mendirikan PSDB dan Lula mendirikan PT. Mereka berdua terlibat dalam persaingan menjadi presiden. FHC terpilih sebagai presiden pada tahun 1994 dan bertahan hingga dua periode. Baru pada tahun 2002, Lula terpilih sebagai presiden menggantikan FHC Lula juga menjadi presiden selama dua periode dan Dilma yang bekas gerilyawan adalah calon yang diajukan oleh Lula dari PT, sementara Jose Serra yang lama hidup di pengasingan diajukan oleh PSDB.
Di sinilah menariknya kompetisi politik di Brasil yang didominasi oleh partai kerakyatan dan tokoh perjuangan. Bahkan, Marina Silva, seorang tokoh politik wanita yang berasal dari Green Party, tadinya adalah tokoh PT. Dalam pemilihan putaran pertama pada awal Oktober, Dilma memperoleh 47 persen. Jose 33 persen, dan Marina 20 persen. Jelas kita melihat kancah politik di Brasil didominasi oleh partai kerakyatan.

Mengurangi kemiskinan

Dari berbagai macam sumber, kita melihat bahwa perkembangan dan kemajuan ekonomi di Brasil tumbuh dengan pesat Saat ini, gross national income per capita Brasil secara nominal adalah
8.040 dollar AS dan berdasarkan paritas daya beli adalah 10.260 dollar AS. Betapa hebatnya ekonomi negara dengan penduduk sekitar 200 juta jiwa ini dibandingkan dengan kondisinya sekitar 30 tahun lalu yang pendapatan per kapitanya sekitar 1.000 dollar AS dan dengan ketimpangan dan kemiskinan yang luar biasa.

Program mengatasi kemiskinan dilakukan serius, menurut televisi Perancis FRANCE 24, ketika menyiarkan kemenangan Dilma, pemerintahan Lula mengangkat sekitar 29 juta jiwa penduduk keluar dari kemiskinan. Sementara itu, program reformasi agraria dijalankan secara konsisten. Lewat program reformasi agraria, juga bantuan langsung kepada keluarga dan kemudahan kredit terhadap kelompok kecil, banyak masalah kemiskinan diatasi Menurut Institute of ApUied Economic Research (IPEA), bila mengikuti pengurangan kemiskinan di tahun 2003 sampai dengan 2008, diperkirakan pada tahun 2016 tingkat kemiskinan di Brasil akan berkurang tajam menjadi 4 persen, sama dengan negara maju.

IPEA mengatakan bahwa tahun 1995, 43,3 persen menurut kriteria IPEA adalah penduduk miskin dan 20,9 persen melarat Tahun 2008 turun tajam menjadi 28,8 persen dan 10,5 persen. Namun, studi itu juga mengingatkan, meskipun kemiskinan jauh berkurang, distribusi pendapatan masih menjadi masalah serius di Brasil.
Banyak persamaan Indonesia dengan Brasil. Namun, kita kurang memiliki konsistensi Seolah-olah kerakyatan tapi implementasinya kapitalistik, seolah-olah demokratis tapi praktiknya monopolistis. Saatnya kita memetik yang baik dari Brasil meskipun Brasil bukanlah negara sempurna. Masih banyak terdengar korupsi di banyak bidang. Namun, program kerakyatan dan kemandiriannya berjalan secara konsisten. Seyogianya kita bisa lebih maju.

FADEL MUHAMMAD, Doktor Rmu Administrasi Negara dari Universitas Gadjah Mada
Sumber : Kompas 05 November 2010,hal. 7

Tinggalkan komentar